Telkom University Meluncurkan Alat Deteksi Bencana Alam Bisa Mengetahui Lokasi Korban

Wilayah Indonesia, khususnya Jawa Barat kerap menjadi potensi bencana. Bencana tersebut di antaranya gempa bumi, longsor, banjir, hingga tsunami.
Melihat hal itu, dosen dan mahasiswa Telkom University melahirkan inovasi alat pendeteksi kebencanaan yang diberi nama PATRIOT-Net (Prevention and Recovery Networks for Indonesia Natural Disasters based on Internet-of-Things).

“Alat ini satu tetapi device-nya ada lima, satu sampai empat itu sensor untuk pantauan empat tipe musibah longsor, banjir, gempa dan tsunami,” tutur Ketua Team Periset Patriot.Net Prof Khoirul Anwar baru saja ini dikutip dari konferensi pers Telkom University di Bandung.

Mahasiswa Telkom University Buat Urban Village, Rebranding Dusun Rekreasi di Jawa barat
Dia menjelaskan piranti yang ke-5 yakni mengetahui korban jika musibah terjadi. Alat pendeteksi itu memakai service 2G, 3G, 4G sampai 5G.

“Ini benar-benar menolong untuk korban musibah yang kemungkinan keruntuhan pohon tidak bisa jalan, pokoknya kita diagnosis mereka dapat call langsung kita dapat mendeteksi lokasinya,” ucapnya.

Baca Juga : 5 Bidang Jurusan Manajemen Ini Cocok Untuk Anak Milenial

Faksinya menerangkan banyak wilayah Indonesia sering terjadi musibah. Karena itu hal itu perlu dilaksanakan ada mengantisipasi.

“Kita mengetahui Indonesia ialah ring of fire dan kita perlu mengantisipasi itu semua. Alhamdulilah hasil penelitian yang dipegang oleh Prof Khoirul Anwar,” ucapnya.

Ia mengutarakan alat itu didanai secara langsung Instansi Pengurus Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Menurut dia hal itu dapat selekasnya ditebarluaskan.

“Ini ialah produk yang didanai oleh LPDP sejumlah Rp 4,5 miliar. Bisa dikomersialisasi insya Allah berguna dan bawa berkah untuk indonesia,” terangnya.

Dalam pada itu, Ketua Team Penelitian Prof Khoirul Anwar mengutarakan alat itu cuma sebuah. Tetapi ada banyak sensor untuk mengantisipasi musibah.

“Untuk alat Patriot ini alatnya satu, hanya device-nya ada lima, dari 1 sampai empat itu sensor pantauan musibah seperti, longsor, banjir, gempa, dan tsunami . Maka empat yang kita rilis saat ini sisi dari early warning sistem,” ucapnya.

Khoirul mengatakan alat yang ke-5 sebagai Mobile Cognitive Radio Base Station (MCRBS). Alat itu di turunkan saat musibah terjadi.

“Jadi alat yang memberikan service 2G, 4G dan 5G, dan WiFi. Untuk piranti yang tidak ada mobile wifi akan kita bantukan ,” jelasnya.

Ia menjelaskan untuk ketahui lokasi yang terimbas yakni memakai scanning antena. Tetapi selainnya dapat memakai telephone.

“Benar-benar menolong untuk korban cedera musibah yang tidak bisa jalan sendiri atau keruntuhan kayu besar. Selanjutnya kita mengetahui dan mereka dapat call saya contoh keruntuhan kayu besar dan kita langsung bisa ke arah lokasi,” sebut Khoirul.

Khoirul menerangkan langkah kerja sensor alat itu ada banyak type. Satu diantaranya ialah sensor untuk mengetahui getaran.

“Langsung kita mengkonversi ke rasio liter tetapi kita ikutinya dari bmkg untuk gempa,” kata Khoirul.

Menurut dia bila untuk musibah tsunami dapat lakukan diagnosis keringnya air laut. Selanjutnya ditempatkan di tengah-tengah laut.

“Karena komunikasi di tengah-tengah laut cukup mahal. Telkom siap menolong jika ingin kita membuat di tengah-tengah laut. Tetapi kita saat ini mengaplikasikan di tepi Untuk tsunami kita mengetahui mendadak keringnya air,” bebernya.

Sementara untuk musibah longsor, langkah mendeteksinya ada dua. Hingga bila terjadi perubahan tanah bisa langsung teridentifikasi.

“Jadi tiap detik dikatakan jika tempatnya sama tidak ada longsor. Tetapi bila ada geser-geser sedikit itu akan diumumkan kekuatan berlangsungnya longsor,” jelasnya.

Selanjutnya untuk musibah banjir, alat itu dapat mengetahui tinggi air. Alat itu dapat memberikan info bila air melewati ketinggian.

“Jika melewati ketinggian itu akan kita beri warning,” kata Khoirul.

Ia menambah dari beberapa musibah itu nanti akan masuk ke dalam program. Selanjutnya ada info tentang beberapa alat itu.

“Dan dapat mengetahui sensor yang mana rusak yang mana baik. Ada notifikasinya dan secara langsung dikunjungi,” bebernya.

Khoirul mengutarakan beberapa alat itu sudah dilaksanakan uji-coba lebih dulu. Uji-coba itu dilaksanakan di sejumlah kota di Indonesia.

“Telah pada uji coba di Padang dan Bandung. Request dari LPD untuk Bandung dalam menyaksikan kemampuan, kita pasang di sungai Citarum dan sampai saat ini masih tetap ada,” kata Khoirul.

Alat itu disimpan di dalam kotak besi. Di atas kotak tersebut terlihat terdapat panel surya karena alat tersebut dapat menggunakan energi matahari, generator, atau listrik.